Evolution of the Website
Over the years, 77pg.com has evolved from a basic forum to a fullyfledged gaming website. In 2012, the website introduced its first gaming review section, providing detailed insights into popular games. By 2015, the site had expanded its content to include game guides, news updates, and a communitydriven feature that allowed users to share their experiences and strategies.
The target audience of 77pg.com has always been gaming enthusiasts, from casual players to hardcore gamers. The site's diverse content caters to different interests, ensuring that there is something for everyone. This inclusive approach has helped in building a loyal user base over the years.
Technological Advancements
To keep up with the rapidly evolving gaming industry, 77pg.com has continuously upgraded its technology. The website now features an advanced content management system that allows for easy updates and user engagement. Additionally, the site has implemented responsive design to ensure a seamless experience across various devices, including desktops, tablets, and smartphones.
Dengan bangga dibuat dengan ♥ di Polandia
Salah satu tugas negara adalah memelihara kesejahteraan rakyat dengan membangun sistem yang men-generate keadilan sosial dan menjauhkan rakyat dari kemiskinan. Jika negara lalai membangun sistem yang mensejahterakan seluruh rakyat, niscaya segala program bantuan buat rakyat miskin hanya akan menempatkan negara sebagai pusat kedermawanan.
Fondasi regulasi (legal fondation) dalam bentuk undang-undang, seperti Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Penanganan Fakir Miskin, Undang-Undang Pengelolaan Zakat, Undang-Undang Wakaf, dan lainnya tidak terlepas dari tujuan untuk merealisasikan tugas negara dalam mengelola masalah kesejahteraan yang begitu kompleks.
Kemiskinan dapat digambarkan sebagai bentuk ketidak-adilan sosial dan anomali dari tujuan pembangunan masyarakat madani. Tokoh pejuang pers nasional almarhum Mochtar Lubis menyampaikan kritik sosial yang layak direnungkan;
“Bila Anda tetap saja tidak mendapat penghasilan yang cukup untuk bisa hidup layak sebagai manusia, betapapun kerasnya Anda bekerja dan ingin bekerja, itu adalah ketidakadilan sosial. Bila anak-anak Anda tak dapat bersekolah, atau anak-anak itu tak dapat disekolahkan karena alasan keuangan, itu ketidakadilan sosial. Bila Anda harus tinggal di daerah kumuh yang tidak memenuhi syarat sebagai pemukiman manusia, itu adalah ketidakadilan sosial. Bila Anda sakit dan tidak punya dana untuk membayar dokter, obat dan rekening rumah sakit, itu ketidakadilan sosial. Bila hanya segelintir kaum elite menikmati semua kekuasaan dan semua kemakmuran dan semua kesejahteraan hidup, itu juga ketidakadilan. Bila seorang anak lapar menangis di kegelapan malam, itu adalah tangisan menuntut keadilan. ” (Mochtar Lubis Wartawan Jihad, penyunting Atmakusumah, 1992)
Bangsa Indonesia memiliki kearifan lokal seperti tercermin pada budaya gotong-royong dan tolong menolong yang pada dasarnya dapat menjadi katup pengaman terhadap bahaya kemiskinan. Sebagai contoh, kearifan lokal di Minangkabau mengajarkan, “Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang (berat sama dipikul ringan sama dijinjing) dan “Kaba baiak bahimbauan, kaba buruak bahambauan” (kabar baik berhimbauan, kabar buruk berhamburan). Saya kira hampir semua suku dan etnik di Nusantara memiliki kearifan lokal yang secara eksplisit dan implisit menegaskan keberpihakan terhadap orang-orang yang dalam kesusahan sebagai bentuk tanggung jawab kemanusiaan.
Dalam kenyataan, kenapa orang miskin mengalami kelaparan, anak-anak menderita gizi buruk, anak keluarga miskin bunuh diri karena orang tuanya tidak mampu bayar uang sekolah, seperti terjadi di Jakarta dan di tempat lainnya. Di manakah negara dan kearifan lokal?
Wilayah administrasi negara dibagi habis sampai ke pemerintah desa/kelurahan atau nama lain. Setiap desa/kelurahan atau yang setingkat terbagi menjadi jorong, kampung, atau di perkotaan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Oleh sebab itu tanggungjawab untuk memelihara dan melindungi kesejahteraan rakyat harus berjalan di semua lingkup kewenangan pemerintahan. Motto perjuangan almarhum Said Tuhuleley, tokoh pemberdayaan masyarakat PP Muhammadiyah patut menjadi renungan kita semua dalam upaya memberdayakan masyarakat kecil di manapun, almarhum menyatakan: “Selama rakyat menderita, tidak ada kata istirahat.”
Semua unsur dalam pemerintahan sampai strata paling bawah harus memiliki kepekaan dalam melihat persoalan kemiskinan. Gamawan Fauzi sewaktu menjabat Menteri Dalam Negeri mengingatkan para pejabat di daerah, jangan mengutamakan anggaran untuk kepentingan mereka sendiri, seperti untuk pembangunan rumah pejabat yang mewah, pengadaan mobil mahal, kantor megah dan lainnya yang tidak pantas. Prioritas anggaran harus untuk masyarakat. Sejalan dengan imbauan, pejabat di pusat tentu juga harus menjadi contoh yang baik.
Dalam kaitan ini peran fasilitatif dan mediatif aparatur pemerintah harus dioptimalkan untuk mempercepatan langkah mengatasi kemiskinan. Manajemen pembangunan, konsistensi kebijakan dan keteladanan merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan. Manajemen pemerintahan harus digerakkan oleh kepemimpinan yang transformatif dan mentalitas aparatur yang bisa membuat rakyat percaya kepada sistem, bukan menunggu keajaiban dalam siklus lima tahun.
Peran kepemimpinan formal di pemerintahan dan peran masyarakat merupakan dua elemen pokok dalam penanggulangan kemiskinan. Semenjak empat dasawarsa lalu di ibukota negara dan di semua daerah sudah ada lembaga pengelola zakat yang menjalankan tugas dan fungsinya membantu orang-orang miskin, yaitu BAZNAS (dahulu BAZIS) dan lembaga-lembaga amil zakat (LAZ) yang diprakarsai masyarakat.
Pembentukan lembaga pengelola zakat adalah bagian integral dari sistem kesejahteraan yang difasilitasi oleh negara. Lembaga pengelola zakat didirikan untuk memberikan pelayanan kepada kaum miskin dan menyelesaikan masalah semua orang. Untuk itu BAZNAS dan LAZ harus “familiar” dengan kenyataan hidup orang miskin. Visi lembaga zakat untuk mengubah mustahik menjadi muzaki sungguh tidak mudah, tetapi minimal bisa membuat mustahik menjadi mandiri sehingga terbebas dari fakir dan miskin. Karena itu, lembaga zakat harus benar-benar menerapkan manajemen Islami agar berkah.
Di sekitar isu kemiskinan sebagai persoalan serius bangsa, masih ingatkah pembaca tahun 2013 lalu seorang bocah putus sekolah bernama Tasripin (12 th) yang menjadi buruh tani untuk menghidupi ketiga adiknya tiba-tiba menjadi berita nasional? Simpati dan bantuan spontan pada waktu itu berdatangan bahkan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengetahui kasus tasripin melalui twitter. Tasripin setiap hari bekerja di sawah agar adik-adiknya bisa makan. Satinah, ibu mereka, meninggal dunia dua tahun silam di usia 37 tahun akibat terkena longsoran batu saat menambang pasir di dekat rumahnya. Kuswito, ayahnya, mencari nafkah di luar kota. Tasripin dan adik-adiknya hidup sebatang kara dan hanya berteman tetangga yang kerap memberi mereka makanan. Hal yang mengesankan, sore hari ia masih sempat mengajar adik-adiknya membaca Al Quran dan mengajak shalat di mushalla depan rumahnya. Tasripin memperoleh hadiah uang dari Presiden, Menteri Agama, dan mendapat simpati luar biasa dari pejabat pusat dan daerah. Rumah tempat tinggal Tasripin di Banyumas, Jawa Tengah direnovasi oleh Kodim dan Korem yang bertindak cepat memberi bantuan. Cerita dan kisah Tasripin telah berlalu dan mungkin telah terlupakan karena tertutup oleh isu-isu baru.
Tasripin hanyalah potret “gunung es” kemiskinan absolut dan kepincangan sosial di negara kita yang berdasarkan Pancasila. Di pelosok tanah air masih banyak anak-anak keluarga miskin yang bernasib sama atau mungkin lebih pahit hidupnya daripada Tasripin yang beruntung karena diekspos oleh media.
Para pemimpin dan elite di pusat dan di daerah-daerah tidak seharusnya mengalami “rabun dekat” dengan realita kemiskinan, atau menutup-nutupi fakta tentang kemiskinan di daerahnya. Kemiskinan dan kepincangan sosial harus diatasi dengan pendekatan regulatif dan kebijakan, bukan dengan pendekatan yang bersifat karikatif. Pemimpin yang bijaksana tentu tidak mau menjadikan rakyatnya bermental pengemis. Pemimpin yang bijaksana tentu menyadari bahwa negara wajib membangun sistem yang menghasilkan pemerataan kesejahteraan, menjamin keamanan serta menegakkan hukum dan keadilan. Di sinilah perbedaan antara tindakan negara dan tindakan masyarakat dalam mengatasi masalah kemiskinan.
Wallahu a’lam bisshawab.
Bogor (SI Online) – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Didin Hafidhuddin menjelaskan bahwa sunnatullah (ketetapan Allah) akan berlaku terhadap siapapun, baik orang baik maupun yang jahat.
Bagi orang yang jahat atau zalim di dunia, sunnatullahnya orang tersebut pada akhirnya akan mendapatkan azab.
“Meski (orang zalim) mempunyai kekuasaan yang luar biasa, berbagai kekuatan ada dalam kekuasaannya seolah-olah mereka tidak akan kalah dalam hidupnya. Akan tetapi sunnatullah mengungkapkan, ketika mereka sedang dalam puncak kezaliman dan kesombongannya maka terdapat siksa yang mungkin kita tidak melihatnya. Mungkin secara pribadi, ia merasa ada penderitaan batin yang tidak tampak,” ungkap Kiai Didin dikutip Suara Islam Online, Kamis (9/9/2021) melalui kajian online di Kalam TV.
Kata Kiai Didin, sudah sunnatullah bahwa akan datang azab Allah kepada orang zalim akibat apa yang mereka lakukan.
“Mereka akan merasakan azab di dunia, apalagi di akhir kehidupannya terlebih di akhirat nanti,” ujarnya.
Jadi, kata Kiai Didin, itulah sunnatullah yang berlaku bagi umat manusia sejak zaman dahulu terhadap orang-orang zalim. “Dan tidak akan ada perubahan sunnatullah itu (tetap akan berlaku),” jelasnya.
Sementara itu, bagi orang-orang beriman yang beramal saleh akan mendapatkan ketenangan dan balasan yang baik walaupun menghadapi berbagai macam ujian dalam kehidupannya.
“Sebaliknya orang-orang zalim, durhaka dan bermaksiat kepada Allah, betapapun mereka memiliki kekuasaan, dia akan mendapatkan azab dari Allah dan kehidupannya tidak akan tenang,” tandas Kiai Didin.
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Kata straight viral di media sosial, berikut ini penjelasan arti straight dalam Bahasa Gaul dan arti kata straight serta straight artinya Bahasa Gaul .
Kata straight adalah adjektiva atau kata sifat dalam bahasa Inggris yang memiliki banyak arti, namun arti kata straight pertama adalah lurus.
Sebagai kata sifat, straight juga bisa diartikan jujur atau honest, truthful, fair, frank, candid.
Kemudian, straight juga berarti sederhana atau simple, modest, humble, plain, unassuming.
Selanjutnya, arti kata straight adalah rapi, teratur, beres, kemas, mujur atau beruntung, , legat, jejak, yang dapat dipercaya, sungguh-sungguh, sebenar-benarnya, dan yang bersungguh-sungguh.
Sebagai kata keterangan, arti kata straight adalah langsung, terus, terus terang, setrip, secara jujur, seterip dan , lurus-lurus
Sebagai kata benda, arti kata straight adalah garis lurus, kelurusan, dan kejujuran.
Sementara, arti straight dalam Bahasa Gaul dan straight artinya Bahasa Gaul sering digunakan dalam beberapa hal.
Pertama, arti straight dalam Bahasa Gaul dan straight artinya Bahasa Gaul adalah mujur atau beruntung.
Kata straight yang berarti mujur atau beruntung dijadikan Bahasa Gaul oleh para pemancing, ketika kail mereka ditangkap ikan, maka mereka akan mengucapkan straight.
Kedua, arti straight dalam Bahasa Gaul dan straight artinya Bahasa Gaul adalah lurus atau berurutan atau berderet.
Kata straight yang berarti lurus atau berurutan atau berderet ini digunakan oleh para pemain poker.
Kata straight dijadikan istilah untuk kartu yang berderet dari angka ke kecil ketinggi sebanyak lima kartu.
Mulai dari angka A 2 3 4 5, atau 6 7 8 9 10, atau 10 J Q K A atau 5 6 7 8 9 atau yang lainnya.
Dalang adalah sebutan untuk orang yang memainkan wayang, ada beberapa arti dari kata dalang itu sendiri diantaranya: 1. Dalang asal kata dari dalung/blencong (bahasa Jawa)/lampu = alat penerang. Dengan alasan demikian, maka fungsi dalang dalam masyarakat adalah sebagai juru penerangan, atau lebih tegasnya dalang adalah orang yang memberi penerangan dan bimbingan bagi masyarakat yang tingkatan sosialnya beraneka ragam. 2. Dalang berasal dari kata bahasa Jawa: Dhal adalah kependekan dari kata ngudhal = menggali; dan lang kependekan dari kata piwulang = piwuruk = petuah/nasihat. Dengan demikian dapat diartikan bahwa dalang adalah orang yang menggali nasihat/petuah untuk disampaikan/disebarkan kepada para penonton wayang. Di sini fungsi dalang adalah sebagai pendidik/pembimbing masyarakat atau guru masyarakat. 3. Dalang berasal dari kata da = veda = pengetahuan dan lang = wulang. Dalang adalah pengetahuan mengajar, di sini dalang dapat diartikan sebagai guru masyarakat. 4. Dalang berasal dari kata talang = alat penghubung untuk mengalirkan air. Dalam hal ini dalang bertugas sebagai penghubung/penyambung lidah, baik pesan dari pemerintah kepada masyarakat, maupun sebaliknya. 5. Dalang adalah pemimpin, penyusun naskah, produser, juru cerita dan memainkan wayang. Pendapat ini dikemukakan oleh Claere Holt (seorang sarjana Barat) dalam bukunya : Art In Indonesia Continintees, and Change, 1960. 6. Dalang adalah seniman pengembara, sebab apabila mengadakan pementasan tidak hanya di satu tempat, tetapi berpindah-pindah. Menurut Drs. Sudarsono, pendapat ini dikemukakan oleh Hazou (seorang sarjana Barat juga). 7. Dalang berasal dari kata dal = dalil-dalil, dan lang = langgeng. Ini adalah pendapat seorang dalang kasepuhan dari Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon, yang bernama Dulah. Dengan demikian dapat diartikan bahwa dalang adalah seorang yang memberi dalil-dalil atau petuah-petuah/wejangan/wejangan selama hidupnya. Di sini fungsi dalang adalah sebagai pendidik/pembimbing masyarakat atau guru masyarakat. 8. Dalang adalah seorang aktor/aktris yang memainkan pagelaran wayangnya menurut ilmu dan tata cara yang telah ditentukan. Definisi ini dikemukakan oleh Juju Sain Martadinata, Alm. (eks Guru Kokar / SMKI Bandung). 9. Dalang berasal dari kata Dalilun lamnya ada dua yang satu lamnya dihilangkan dan ganti oleh tasjid menjadi dala. Menurut ahli sorop dala ya dulu dilalatan fa-hua daa-lun. Isimnya isim fa’il artinya petunjuk. Pendapat ini dikemukakan oleh Asep Sunandar Sunarya (dalang legendaris tanah Pasundan)
Dalang mangrupikeun istilah pikeun jalma anu maénkeun wayang, aya sababaraha hartos kecap dalang téa kalebet: 1. Dalang di tukangeun kecap tina dalung / blencong (jawa) / lampu = pencahyaan. Alesan ieu, fungsi dalang di masarakat mangrupikeun juru tarjamahan, atanapi langkung khusus, dalang nyaéta jalma anu nyayogikeun inpormasi sareng petunjuk pikeun jalma tina tingkat sosial anu béda-béda. 2. Dalang asalna tina kecap Jawa: Dhal pondok kanggo ngudhal = ngagali; sareng lang pondok kanggo kecap piwulang = piwuruk = pituah / pituah. Ku sabab kitu tiasa diinterpretasi yén dalang mangrupikeun jalma anu ngagali naséhat / naséhat anu bade dikirimkeun / disebarkeun ka pamiarsa wayang. Di dieu fungsi dalang mangrupikeun salaku pendidik / pituduh masarakat atanapi guru komunitas. 3. Dalang asalna tina kecap da = veda = pangaweruh sareng lang = wulang. Dalang mangrupikeun ngajarkeun pangaweruh, didieu dalang tiasa diinterpretasi salaku guru komunitas. 4. Dalang asli asalna tina kecap chamfer = cara nyambungkeun kana cai solokan. Dina hal ieu dalangna ngagaduhan pancén pikeun nyambungkeun / ngahubungkeun létah, boh pesen ti pamaréntah ka masarakat, sareng sabalikna. 5. dalang nyaéta pamimpin, tukang daptar, produser, carios sareng carita wayang. Pamadegan ieu dinyatakeun ku Claere Holt (sarjana Kulon) dina bukuna: Art In Indonesia Continintees, and Change, 1960. 6.Dalangna mangrupikeun seniman ngumbara, sabab nalika ngayakeun henteu ukur di hiji tempat, tapi obah-obah. Numutkeun ka Drs. Sudarsono, pamanggih ieu dikedalkeun ku Hazou (sarjana ogé Kulon). 7. dalang asalna tina kecap dal = postulat, sareng lang = awét. Ieu mangrupikeun pamanggih para dalang Kasepuhan ti Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, nami Dulah. Ku sabab kitu tiasa diinterpretasi yén dalang nyaéta jalma anu masihan usul atanapi saran / saran / wacana salami hirupna. Di dieu fungsi dalang mangrupikeun salaku pendidik / pituduh masarakat atanapi guru komunitas. 8. dalang mangrupikeun aktor / aktris anu ngalaksanakeun pintonan wayangna dumasar kana élmu sareng prosedur anu ditangtukeun. Definisi ieu diteruskeun ku Juju Sain Martadinata, Alm. (tilas Guru Kokar / Sakola Luhur Bandung). 9. dalang téh asalna tina kecap Dalilun di mana aya dua anu hiji dileungitkeun sareng diganti ku masjid pikeun janten dala. Numutkeun ahli ahli sorop jaman baheula, éta biasa aya dina parabot fa-hua daa-lun. Isim isim nembil hartosna hint. Pamadegan ieu ditepikeun ku Asep Sunandar Sunarya (dalang legendaris tanah Pasundan)
Dari Wikikamus bahasa Indonesia, kamus bebas